topbella

Senin, 06 Desember 2010

Fatimah Az-Zahra


Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad saw berada di masjid dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatima datang pada Nabi saw. Dia meminta dengat sangat pada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan di rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatan yang buruk ia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air di sumur yang jauh letaknya di samping harus merawat anak-anaknya. Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak. Dengan menekan perasaannya, beliau berkata kepada sang anak dengan sinis, "Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun diantara mereka yang terlibat dalam pengabdian 'Ashab-e-Suffa. Sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang terberat di dunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti." Fatima lalu mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi saw, dan selnjutnya tidak pernah lagi mencari pelayan selama hidupnya. Fatima az-Zahra si cantik dilahirkan 80 tahun sebelum Hijrah di Mekkah. Dibesarkan dibawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat Islam. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima memiliki pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah dan kesehatannya yang buruk menyebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yang agung itu membawanya menjadi wanita berbudi tinggi, ramah-tamah, simpati, dan tahu mana yang benar. Fatima sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun kebiasaan yang saleh. Ia adalah seorang anak perempuan yang paling disayang ayahnya dan sangat berbakti kepada Nabi saw setelah ibunya meninggal dunia. Dengan demikian, dialah yang sangat besar jasanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya. Pada beberapa kesempatan, Nabi Muhammad saw menunjukan rasa sayang yang amat besar kepada Fatima. Suatu saat beliau berkata, "O Fatima, Allah tidak suka orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan senang orang yang kau senangi". Juga Nabi saw dikabarkan telah berucap, "Fatima itu anak saya, siapa yang membuatnya sedih berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya berarti menyenangkan aku juga". Aisyah, istri tercinta Nabi saw pernah berkata: "Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok pribadi yang lebih besar daripada Fatima, kecuali kepribadian ayahnya". Abu Bakar dan Umar, keduanya berusaha agar dapat menikah dengan Fatima, tetapi Nabi saw diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi saw sendiri merasa ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatima karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang dan langsung diterima oleh Nabi saw. Ali menjual kwiras (pelindung dada dari kulit) miliknya yang dimenangkan saat perang Badar seharga 400 dirham, uangnya digunakan untuk mempersiapkan pesta pernikahannya. Upacara yang amat sederhana, mencontohkan perlunya perayaan pernikahan tanpa jor-joran dan serba pamer. Fatima hampir berusia 18 tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai mahar ia memperoleh sebuah tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung. Kepada putrinya, Nabi saw berkata: "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan seorang laki-laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi dari orang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan". Kehidupan perkawinan Fatima berjalan lancar dalam bentuknya yang sangat sederhana, gigih dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat dan berbakti. Fatima melaksanakan tugas-tugas rumah tangga seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun mereka sendiri masih lapar. Sifat penuh perikemanusiaan dan murah hati yang terletak pada keluarga Nabi saw tidak banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Az-Zahra terkenal dengan kemurahan hatinya. Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal kampiun dalam praktek sihir datang kepada Nabi saw melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi saw menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia memeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah anda berbekal makanan?", Jawab orang itu: "Tidak", Maka Nabi saw menanyai muslimin yang hadir disitu: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta kepada tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain untuk menutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak memakai tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepaskan serbannya dam menaruh di atas kepala orang itu. Kemudian Nabi saw minta kepada salman untuk membaw orang itu ke tempat seorang yang dapat memberinya makan karena ia lapar. Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatima, setelah mengetuk pintu Salman memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan mata berlinang putri Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan sejak 3 hari yang lalu. Namun ia enggan menolak seorang tamu, tuturnya: "Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanap memberinya makan sampai kenyang". Fatima lalu melepas kain kerudungnya dan memberikannya kepada Salman dengan permintaan agar dibawakan kepada Shamoon seorang yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang baru memeluk agama Islam itu sangat terharu. Orang yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi hingga akhirnya ia memeluk agama Islam, dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat berbudi luhur. Salman balik ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri Fatima menggiling dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatima menyisihkan beberapa buah roti untuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak berhak berbuat demikian, karena telah memberikan kain kerudungnya untuk kepentingan Allah. Fatima dianugerahi 5 orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, Muhsin, dan 2 putri: Zainab dan Ummi Kalsum. Muhsin meninggal dunia waktu masih kecil. Fatima merawat luka Nabi saw sepulangnya dari Perang Uhud, FAtima juga ikut berperang merebut Mekkah, juga ikut Nabi saw melaksanakan iabadah Haji Wadaq pada akhir tahun 11 Hijriah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi saw jatuh sakit, Fatima tetap mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi saw membisikan sesuatu kekkuping Fatima yang membuatnya menangis, dan kemudian membisikan sesuatu lagi yang membuatnya tersenyum. Setelah Nabi saw wafat Fatima menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya membisikan berita kematiannya, itulah yang membuatnya menangis, tapi waktu Nabi saw mengatakan bahwa Fatima-lah orang pertama yang akan berkumpul dengannya di alam baka, maka Fatima menjadi bahagia. Enam bulan setelah Nabi saw wafat, Fatima meninggal dunia ada usia 28 tahun. Dimakamkan oleh Ali di Janat ul-Baqih, Madinah dengan diantar duka cita masyarakat luas. Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita dan pada konsepsi manusia yang paling mulia. Nabi saw sendiri menyatakan Fatima akan menjadi 'Ratu segenap wanita yang berada di Surga'. --dikutip dari buku Seratus Muslim Terkemuka karya Kh. Jamil Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Udah kayak jurnal pribadi, tempat mengisi uneg-uneg dan penyimpan tulisan entah dari tumblrku atu dari media milikku yang lain yang paling awet eheh(^∇^) Hidup terus berjalan, bersyukurlah karena engkau masih bernafas:)
 
Rizka 'a Day'© DiseƱado por: Compartidisimo